Kamis, 01 Maret 2012

Mamah

Ketika hujan datang
air mataku larut denganya
Kepadamu mamah
Salam hormatku untukmu yg tercinta..
anakmu yang kecil ini sempat mengigil kedinginan
entah mengapa air mataku tumpah mamah..
saat menginggat segala perjuanganmu akan hidup..
begitu gigih kau menaklukan waktu yg tak berpihak kepadamu..
Kau membuktikan kepadaku
Kau memperlihatkan kepadaku
betapa tulusnya kasih sayangmu..

Maafkan aku ibu...aku hanya bisa memperhatikanmu dalam diamku..
aku hanya bisa mengusap rambutmu
dan mencium keningmu saat kau tertidur..

Air mataku jatuhmamah .
Saat ku lihat lelahmu arungi waktu..
Air mataku jatuh mamah..
Saat ku lihat kau menanggis melantunkan doa-doa untukku..

Maafkan aku mamah...
aku,
Anakmu ini..
Belum saja sampai saat ini
Bisa membuatmu bahagia..

Dihitung dari hari ini...entah kapan,
Aku berjanji kepadamu..
Bahwa bahagia akan selalu menjadi milikmu..
tak akan ada lagi tanggismu sebelum tidur..
tak akan ada lagi air mata dipipimu saat kau terbangun..
yang ada hanya senyuman manismu tanda bahagia..

Sampai tiba waktu ku menutup mata..
Aku mencintaimu..

Sebelum waktuku tiba...


Jika aku bertanya..
Aku takkan pernah tau.
Jika aku tahu,
Aku hanya perlu bertanya...
Lalu harus kah ku salahkan waktu?
Sedangkan aku pun tak tahu
Kapan akhirku tiba..

Seperti ranting yang tak'kan pernah tahu kapan anggin menjatuhkannya..
Atau seperti embun yg kan ilang jika pagi engan lagi kan datang..

Aku telah sering kehilangan orang-orang yang ku sayang..
Satu-persatu..

Kini mungkin tiba masa nya dimana..
Harus aku yang menghilang..
Rasa sakit di pusat
kepala belakangku semakin menjadi..
Entah berapa lama lagi aku kuat bertahan..
Atau mata yang akan menyerah untuk tetap terbuka..

Sebelum waktuku tiba..
Mengapa aku mesti harus berbicara tentang “diriku sendiri” pada saat “Aku”, sekarang, tidak lagi sebagai “diri?” Aku hanya suka berbicara pada diri sendiri. Itu saja..